Merakit Persahabatan, Meraba Keilmuan
Aku tak pernah membayangkan bahwa pertemanan bisa lahir dari layar. Bahwa suara-suara asing dikotak zoom bisa perlahan menjelma menjadi ruang hangat yang menyelamatkan. Tapi pandemi mengajari kami bahwa manusia bisa saling memahami lewat jeda suara, lewat tawa yang tertunda, lewat nama-nama yang hanya terdengar tapi tak pernah disapa didunia nyata. Aku tak tahu kapan pertama kali merasa dekat dengan mereka. Mungkin saat kami sama-sama bingung menghadapi mata kuliah pengantar Teknik industri ataupun praktikum Gambar Teknik atau saat kami saling menertawakan koneksi yang putus-putus, atau ketika jam kuliah online berubah jadi tempat curhat tentang dosen killer, tugas numpuk, dan dunia yang terasa asing. Kawan-kawan dating seperti taburan bintang dilangit gelap yang kecil, jauh, tapi cukup memberi arah. Kampus kami Universitas Pasundan hanyalah nama dilembar virtual. Tidak ada lorong fakultas, tidak ada kantin, tidak ada bangku dengan coretan aktivis. Yang ada hanya layar, suara...